Jumat, 20 Februari 2009

Gulma Daun Lebar

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN GULMA
Acara II
IDENTIFIKASI GULMA DAUN LEBAR






Disusun Oleh:
Agung Tustiana
E1A006006




PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2008
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama atau serupa dengan, dan untuk ini kita tidak terlepas dari nama latin. Nama latin suatu gulma sangat berarti karena nama tersebut diterima di dunia internasional. Sebagai contoh jika kita menyebutkan naman babotan, ahli gulma Negara lain atau bahkan mungkin yang berasal dari luar Pulau Jawa sering tidak mengetahuinya. Tetapi dengan menyebutkan nama latinnya yaitu Ageratum comyzoides, L. maka hampir dapat dipastikan orang-orang tersebut mengetahuinya. Atau jika tidak, maka mereka akan da[pat dengan mudah mencari informasi dengan berpegangan dengan nama latin gulma tersebut.
Nama latin suatu jenis gulma biasanya terdiri dari dua kata. Kata pertama menunjukan marganya yang selalu dimulai dengan huruf besar sedangkan yang kedua menunjukan jenis yang selalu dimulai dengan huruf kecil. Dibelakang nama tersebut sering juga terdapat nama orang yang pertama kali membuat determinasi jenis tersebut. Contoh: Panicum repens L. Huruf L adalah singkatan dari Linnaeus, seorang ahli tumbuh-tumbuhan dari swedia yang pertama kali membuat determinasi gulma P. rapens.
Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara dibawah ini:
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium
2. Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
4. Membandingkan dengan determinasi yang telah ada
5. Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia
Untuk mengidentifikasi gulma dengan kunci identifikasi tentunya kita harus memahami sifat-sifat vegetatif dan generatif gulma tersebut. Dalam praktikum kali ini kita akan mengidentifikasi gulma menggunakan buku identifikasi dengan mengamati bagian vegetatif dan generatif dari gulma tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum
Mengemal nama-nama jenis gulma (khususnya gulma berdaun lebar) sesuai dengan naman yang diterima di dunia internasional.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Gulma adalah golongan tumbuhan yang hidup bersama dengan ekosistem pertanian yang mendatangkan kerugian sepanjang sejarah budidaya pertanian. Pengelolaan gulma secara modern sangat memerlukan pengetahuan dasar sifat biologi dan ekologi gulma. Adanya berbagai definisi dan dekripsi gulma menunjukkan bahwa golongan gulma mempunyai kisaran karakter luas dan mempunyai konsekuensi dalam pemberantasan dan pengelolaannya.
Gulma berdaun lebar memiliki bentuk daun lebar dan pada umumnya dari jenis dikotil serta memiliki lintasan C3. Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara dibawah ini:
• Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium
• Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan
• Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
• Membandingkan dengan determinasi yang telah ada
• Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia

Cara identifikasi dengan membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di tempat, oleh karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto gulma. Dua publikasi gulma P3GI yang disebutkan pada alinia pertama bab ini, sangat berguna untuk keperluan tersebut.
Identifikasi dengan membandingkan determinasi dari spesies gulma kemudian mencari dengan kunci identifikasi sedikit banyak kita harus memahami istilah biologi yang berkenaan dengan morfologi yang dapat dipelajari pada buku karangan Rifai (1978). Bila ada spesies gulma yang sukar diidentifikasi, maka herbarium gulma (lengkap daun, batang, bunga, bunga dan akarnya) tersebut dapat dikirim ke herbarium.
Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap (Soekiman et. al., 1984).
Sifat vegetatif gulma antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung, beragam dan berbeda-beda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk - ukuran - warna - jumlah buah/biji.


III. METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
 Lup (kaca pembesar)
 Pisau atau gunting
 Buku identifikasi
 Alat tulis dan kertas
Bahan:
 Tiga jenis gulma daun lebar yang hidup di perairan
 Tiga jenis gulma berdaun lebar yang hidup di darat

3.2 Prosedur Kerja
a. Setiap kelompok membawa masing-masing tiga jenis gulma berdaun lebar yang hidup di darat dan yang di perairan
b. Mengidentifikasi gulma tersebut dengan menggunakan buku identifikasi
c. Menggambar secara mikroskopis bagian-bagian gulma yang saudara dapatkan (minimal 5 jenis) meliputoi bagian vegetatif dan generatif
d. Mengisi kolom identifikasi yang telah disediakan
e. Membuat keterangan / klasifikasi gulma yang telah digambar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Identifikasi Gulma Daun Lebar
No Nama Gulma Perakaran Ciri Batang
Latin Indonesia Bentuk Permkan Prtumbhan
1 Dicranopteris linearis paku-pakuan Tunggang Bulat licin Tegak
2 Spigelia anthelmia L. Tunggang Silindris licin/berlilin Tegak
3 Micrania micranta Sembong jalar Tunggang Silindris kasar Menjalar
4 Eichnornia crasiper Eceng gondok Tunggang Bulat kasar Tegak
5 Limnocharis falva Genjer Serabut Segitiga licin Tegak

No Ciri Daun
Bentuk Warna Tepi Duduk Jumlah Tulang Ujung Pangkal
1 Lonjong Hijau Berombak Tunggal Menyirip Meruncing Bulat
2 Oval Hijau Rata Berhadap Majemuk Menyirip Meruncing Membulat
3 Segitiga Hijau Rata Tunggal Menyirip Meruncing Rata
4 Ginjal Hijau Rata Roset Majemuk Sejajar Bulat Bulat
5 Ginjal Hijau Rata Roset Tunggal Sejajar Bulat Membulat

No Bunga Biji Perkembangbiakan Modifikasi Batang
Letak Bentuk Warna Bentuk Warna Generatif Vegetatif
1
2 Pangkal daun Kuning Bulat hijau
3
4
5 Ujuung Payung Kuning bulat hijau biji Stolon Stolon




4.2 Pembahasan

Ragam/Paku-pakuan (Dicranopteris linearis)

Resam atau rasam (Dicranopteris linearis syn. Gleichenia linearis) merupakan jenis paku yang besar yang biasa tumbuh pada tebing-tebing di tepi jalan di pegunungan. Tumbuhan ini mudah dikenal karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar dua dan tangkainya bercabang mendua (dikotom).


Resam dikenal sebagai tumbuhan invasif di beberapa tempat karena mendominasi permukaan tanah menyebabkan tumbuhan lain terhambat pertumbuhannya. Tumbuhan ini dapat ditemukan di hampir semua daerah tropik dan subtropis di Asia dan Pasifik. Habitatnya adalah tebing teduh dan lembab mulai pada ketinggian 200m hingga 1500m di atas permukaan laut.

Spigelia anthelmia L.
Identifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida – Dicotyledons
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Familia : Loganiaceae – Logania family
Genus : Spigelia L.
Spesies : Spigelia anthelmia L.

Sembong Rambat (Micrania micranta)
Nama umum
Indonesia : Mikania, sembung rambat (Jawa)
Inggris : Mile-a-minute weed, bittervine, Chinese creeper

Identifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania micrantha Kunth


Eceng Gondok (Echhornia crassipees)

Eceng gondok atau bengak mempunyai sistematika (Lawrence, 1964).
Divisio : Embryophytasi phonogama
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Monocotyledone
Ordo : Farinosae
Familia : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
Spesies : Echhornia crassipes

Eceng gondok termasiuk perennial yang dapat mengapung bebas bila air dalam dan berakar di dasar bila air dangkal. Batang dengan buku pendek, garis tengah 1-2.5 cm, panjang 1-30 cm. Akar bertudung akar tidak brrcabang dan tidak berbulu. Stolon bergaris tengah 0.5-2 cm, panjang sampai 40 cm atau tumbuh pendek jika tumbh rapat; wartna keunguan. Tangkai daun, berbatasan dengan tulang daun yang menyempit, mempunyai bagian yang menggelembung seperti gondok umtuk mrngapung. Bunga tidak bertangkai, tersusun melingkar poros, sepanjang tahun dan dapat berbunga secara serempak.
Berkembang biak dengan stolon (vesetatif) dan juga generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif memegang peran penting dalam pembentukan koloni. Eceng gondok hampir tiap tahun berbunga, dan setelah 20 hari terjadi penyerbuhan buah masak, lepas dan pecah, biji masuk ke dasar air (biji 5-6 ribu per tanaman dengan masa hidup ± 15 tahun).

Genjer (Limnocharis flava)
Nama umum
Indonesia : Genjer (Jw), gendot (Snd)
Malaysia : Sayur air
Inggris : Yellow velvetleaf

Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu)
Sub-kelas : Alismatidae
Ordo : Alismatales
Familia : Limnocharitaceae
Genus : Limnocharis
Spesies : Limnocharis flava (L.)





V. KESIMPULAN
• Identifikasi gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mengamati sifat-sifat vegetatif dan generatif dari gulma dan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi gulma.
• Untuk mengidentifikasi gulma kita terlebih dahulu harus memahami dan mengamati sifat-sifat vegetatif maupun generatif dari gulma tersebut. Sifat vegetatif terdiri dari akar, batang, daun, serta modifikasi dari akar, batang dan daun, sedangkan sifat generatif terdiri dari bunga, buah dan biji.



DAFTAR PUSTAKA

Arie, Arifin. 1994. Perlindungan Tanaman, Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya: Usaha Nasional.
Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Yogyakarta: Kanisus.
Moernadis, Jody. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma-Buku I). Jakarta: Rajawali Pers.

Selasa, 03 Februari 2009

Laporan Akhir NUtrisi Tanaman

Laporan Praktikum Nutrisi Tanaman
Acara
Efek Input Fosfor Terhadap Tanah Di Fase Awal Budidaya
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Legum

Oleh :
Agung Tustiana(E1A00600)


A. PENDAHULUAN
a.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan bahan baku makanan yang bergizi seperti tahu dan tempe. Hampir semua lapisan masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari kedelai. Bagi petani, tanaman ini penting untuk menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan harganya tinggi. Namun belakangan ini kebutuhan masyarakat Indonesia akan kedelai semakin meningkat, hal ini disebabkan semakin pesatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk sehingga kebutuhan akan bahan pangan pun semakin meningkat. Bahkan saat ini di beberapa Negara maju telah ditemukan kandungan bio gas didalam biji kedelai yang dapat di manfaatkan sebagi bahan bakar mesin.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan adanya penemuan-penemuan baru, kemungkinan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kedelai semakin meningkat juga, sehingga pasokan kedelai akan semakin berkurang juga. Bahkan untuk saat ini Indonesia masih mengimpor kedelai dari luar negeri, seperti dari Thailand, Kamboja dll.
Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Hal ini disebabkan karena produktivitas kedelai di Negara kita sangat rendah dibandingkan dengan kebutuhan akan kedelai tersebut . Oleh karena itu perlu adanya peningkatan produksi secara secara kuantitas , kualitas dan kelestarian lingkungan sehingga kita bisa bersaing di era pasar bebas.
Pada kenyataanya kedelai adalah termasuk tanaman yang mudah untuk dibudidayakan, tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, memiliki curah hujan 100-400 mm/bulan, dengan suhu udara 2300C – 3000C, serta kelembaban antara 60% - 70%, dengan pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.
Bahkan kedelai salah satu tanaman yang dapat diusahakan di lahan pasang surut dengan hasil yang cukup memadai, namun cara mengusahakannya berbeda daripada di lahan sawah irigasi dan lahan kering. Tanaman ini tidak tahan genangan. Oleh sebab itu, tidak dianjurkan menanam kedelai di lahan pasang surut yang bertipe luapan air A yang selalu terluapi baik saat pasang besar maupun pasang kecil, karena akan dapat membusukan akar daripada kedelai tersebut.
a.2 Tujuan
 Melihat pengaruh berlimpahnya ketersedian fospor terhadap luas daun pertanaman, berat berangkasan atas tanaman, dan berat akar pertanaman.
 Melihat pengaruh rendahnya ketersediaan fospor terhadap terhadap luas daun pertanaman, berat berangkasan atas dan berat akar pertanaman.


B. TINJAUAN PUSTAKA
Fosfor termasuk unsure hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai pemindah energi yang tidak dapat diganti dengan hara lain. Ketidak cukupan pasokan P menjadikan tanaman tidak tumbuh maksimal atau potensi hasilnya tidak maksimal atau tidak mampu melengkapi proses reproduktif normal. Peranan P dalam tanaman sebagai penyimpanan dan pemindahan energi yang berpengaruh terhadap berbagai proses lain dalam tanaman. Adanya P dibutuhkan untuk reaksi biokimiawi penting, seperti pemindahan ion,kerja osmotic, reaksi fotosintesis dan glikolisis.
Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion H2PO4- atau ion HPO42-. Factor-faktor yang mempengaruhi efesiensi pengangkutan P dan ketersediannya bagi tanaman adlah berupa factor lingkungan, pemupukan, dan pengelolaan. Factor-faktor ini saling tindak sangat rumit dan untuk melacaknya memerlukan pemahaman mengenai perangai system fisis kimiawi.
Sedangkan yang menentukan pasokan fosfor pada tanah sbb:
1. Aerasi (ktersedian oksigen dalam tanah). Pada tanah yang padat atau tergenang air, penyerapan fosfor dan unsure lain akn terganggu.
2. Temperatur ; pada temperature yang relative hangat, ketersedian forfor akan meningkat karena proses perombakan bahan organic juga meningkat. Ketersedian fosfor menurun pada didaerag yang bersuhu rendah.
3. Bahan Organik ; untuk menyediakan fosfor yang cukup, kondisi tanah yang menguntungkan bagi perkembangan mikro organisme tanah perlu dipertahankan.
4. Unsur hara lain; tercukupinya jumlah unsure hara lain dapat meningkatkan penyerapan fosfor. Aminium dari N dapat meningkatkan penyerapan fosfor. Kekurangan unsure hara mikro dapat menghambat respon tanamn terhadap pemupukan fosfor.
Didalam lapisan akar, fosfor tidak mudah hanyut oleh air. Sebagian besar tanah memiliki kapasitas menyerap dan mengikat fosfor yang tinggi kecuali pada tanah pasir. Fosfor sangat mudah bereaksi dengan tanah dan dapat dengan mudah terikat menjadi bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

a. Manfaat Fosfor Bagi Tanaman
1) Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi sehat serta kuat.
2) Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman.
3) Memacu pembentukan bunga dan masaknya buah/biji, sehingga mempercepat masa panen.
4) Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah dan biji.
5) Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.

b. Gejala defesiensi fosfor pada tanaman
 Pertumbuhan tanaman menjadi lebih lambat dan kerdil
 Perkembangan akar terhambat
 Gejala pada daun beragam, beberapa tanaman menunjukan warna hijau tua mengkilap yang tidak normal. Pada jagung, daun berwarna merah keunguan atau pingirannya berwarna kuning.
 Pematangan buah terhambat
 Perkembangan bentuk dan warna buah buruk
 Biji berkembang tidak normal




C. METODELOGI
Percobaan A :
1. Percobaan dilakukan dengan menggunakan polibag
2. Media tanah yang digunakan adalah campuran tanah topsoil dengan pasir dan pupuk kandang dengan perandingan 1:1:1.
3. Menugalakan benih kedelai pada tanah yang telah tersedia dengan 3 ulangan.
4. Hari jika tidak turun hujan Melakukan penyiraman setiap sampai pecobaan selesai.
5. memberikan pupuk urea dengan dosis setara 50 kg/ha, SP-36 280 kg/ha dan KCL 75 kg/ha pada hari ke 21 setlah tanam.
6. melakukan pengukuran tehadap luas daun memakai leaf area meter, berat daun pertanaman, dan berat akar memakai timbangan mikro setelah tanaman berumur lima minggu.


Percobaan B :
1. percobaan dilakukan menggunakan polibag
2. Media tanah yang digunakan adalah campuran tanah topsoil dengan pasir dan pupuk kandang dengan perandingan 1:1:1.
3. Hari jika tidak turun hujan Melakukan penyiraman setiap sampai pecobaan selesai.
4. memberikan pupuk nitrogen 100 kg/ha dan KCL 75 kg/ha pada hari ke 21 setelah tanam tanpa memberikan pupuk fosfor.
5. melakukan pengukuran tehadap luas daun memakai leaf area meter, berat daun pertanaman, dan berat akar memakai timbangan mikro setelah tanaman berumur lima minggu.





D. HASIL DAN PEMBAHASAN
d.1 Hasil Pembahasan

d.1.1 Luas daun
No Perlakuan Ulangan Rata-rata
I II III
1 Sufesiensi fosfor 81,25 63,75 118,34 87,78
2 Defesiensi fosfor 50 91,25 57,5 66,25


d.1.2 Berat Akar
No Perlakuan Ulangan Rata-rata
I II III
1 Sufesiensi fosfor 3,57 2,78 2,58 2,98
2 Defesiensi fosfor 1,67 1,18 1,07 1,31


d.1.3 Kandungan Hijau Daun
No Perlakuan Ulangan Rata-rata
I II III
1 Sufesiensi fosfor 39,3 36,3 38,9 38,16
2 Defesiensi fosfor 37,5 38,3 35 36.94


d.2 Pembahasan
Dari table pengamatan diatas dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan luas daun pada tanaman kedelai yang diberi perlakuan sufesiensi fosfor dengan yang diberi perlakuan defesiensi fosfor terdapat perbedaan, dimana rata-rata luas daun kedelai yang diberi perlakuan sufesiensi fosfor lebih luas yaitu 87,78 cm2 dibandingkan yang diberi perlakuan defesiensi fosfor yang hanya 66,25 cm2.
Sedangakan untuk variable pengamatan berat akar, dari hasil pengamatan dapat kita lihat dengan jelas bahwa pertumbuhan akar pada kedelai yang mengalami sufesiensi fosfor begitu subur, hal itu dapat kita lihat dari rata-rata berat akar pada saat dipanen yang mencapai 2,98 g jauh diatas berat akar kedelai yang mengalami defesiensi fosfor yang hanya 1,31 g, tdak mencapai setengahnya.
Dan untuk variable pengamatan yang terakhir yaitu kandungan klorofil (hijau daun) dapat kita lihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara tanaman kedelai yang mengalami sufesiensi dengan yang defisiensi fosfor. Untuk tanaman yang mengalami sufesiensi memiliki rata-rata tingkat hijau daun sebesar 38,16, sedangkan pada tanaman yang mengalami defesiensi sebesar 36,94. Hal ini disebabkan pengaruh fosfor terhadap warna daun pada tanaman kedelai tidak begitu sebesar pengaruh terhadap akar, bunga, biji dan buah. Namun bila yang mengalami defesiensi fosfor pada tanamn jagung, akan sangat mempengaruhi warna daun. Dimana pada tanamn jagung yang mengalami defesiensi P, daunnya akan berwarna merah ke unguaan atau pinggiran daunnya berwarna kuning.
Sedangkan pada variable berat akar saat panen dan luas daun terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Hal ini disebabkan pengaruh kandungan P dalam tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai baik pertumbuhan bunga, buah, biji, akar bahkan daun. Seperti yang kita ketahui fosfor dalam tanaman berfungsi membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan energi ATP dan ADP, merangsang pembelahan sel, dan membantu proses amilasi dan respirasi. Selain itu fosfor mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas.
Dengan terjadinya defeisiensi Fosfor mengakibatkan aktivitas-aktivitas tanaman yang seperti disebutkan diatas tidak dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Dan hal itu tentu saja memberikan pengaruh terhadap tanaman, yaitu antara lain sebagai berikut ;
 Pertumbuhan tanaman menjadi lebih lambat dan kerdil
 Perkembangan akar terhambat
 Gejala pada daun beragam, beberapa tanaman menunjukan warna hijau tua mengkilap yang tidak normal. Pada jagung, daun berwarna merah keunguan atau pingirannya berwarna kuning.
 Pematangan buah terhambat
 Perkembangan bentuk dan warna buah buruk
 Biji berkembang tidak normal


E. KESIMPULAN
• Fosfor termasuk unsure hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai pemindah energi yang tidak dapat diganti dengan hara lain.
• Fosfor dapat merangsang pembentukan bunga, buah dan biji bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas.
• Fosfor dalam tanaman berfungsi membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan energi ATP dan ADP, merangsang pembelahan sel, dan membantu proses amilasi dan respirasi.
• Dengan terjadinya defeisiensi Fosfor mengakibatkan aktivitas-aktivitas tanaman yang seharusnya terjadi tidak dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
• Fosfor dapat memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi sehat serta kuat.
• Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman.
• Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah dan biji.
• Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.









Daftar Pustaka
Anonim, 2005. Penuntun Praktikum Nutrisi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Suawastika, I Wayan, Tumarlan T, Ratmini, NP. 1997. Budidaya Kedelai Dilahan Pasang Surut. BPPT.
file://localhost/D:/file%20download/ASPEK%20PRODUKSI%20BUDIDAYA%20KEDELAI%20«%20ANEKAPLANTASIA.cybermediaclips.htm

Laporan Gulma Rumput

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN GULMA
Acara II
IDENTIFIKASI GULMA RUMPUT





Disusu
Agung Tustiana 
E1A006006




PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2008
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama atau serupa dengan, dan untuk ini kita dapat terlepas dari nama latin. Nama latin suatu gulma akan sangat berarti karena nama tersebut diterima di internasional. Sebagai contoh jika kita menyebutkan nama babandotan, ahli gulma india atau afrika bahkan mungkin yang berasal dari luar pulau jawa sering tidak mengetahuinya. Tetapi dengan menyebut nama latinnya atau Ageratum conyzoides, L. maka hamper dapat dipastikan orang-orang tersebut mengetahuinya. Atau jika tidak, maka mereka dengan mudah mencari informasi dengan berpegangan pada nama latin gulma tersebut.
Nama latin suatu jenis gulma biasanya terdiri dari dua kata. Kata pertama menunjukkan marganya yang selalu dimulai dengan huruf besar sedangkan kata kedua menunjukkan jenis yang selalu dimulai dengan huruf kecil. Dibelakang nama tersebut terdapat pula singkatan nama orang yang pertama kali membuat determinasi jenis tersebut. Contoh : Panicum repens L. Huruf L adalah singkatan dari Linnaeus, seorang ahli tumbuh-tumbuhan dari swedia yang pertama kali membuat determinasi gulma P.repens.
Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara dibawah ini :
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi dengan herbarium.
2. Konsultasi langsung dengan ahli dibiddang bersangkutan
3. Mencari sendiri dengan menggunakan kunci identifikasi
4. Membandingkan dengan determinasi yang ada
5. Membanduingkan dengan ilustrasi yang tersedia.
Untuk mengidentifikasi gulma dengan kata kunci tentunya kita harus memahami sifat-sifat generative dan vegetative dari gulma tersebut.
Bagian vegetative gulma
Bagian vegetative gulma yang dapat dipakai sebagai factor identifikasi adalah akar, batang, dan daun.

Akar
Perakaran pada gulma dapat berupa akar tunggang (biasanya ditemui pada golongan berdaun lebar) dan akar serabut yang biasanya ditemui pada gulma golongan rerumputan dari teki-tekian
Batang
Bagian batang yang menjadi ciri identifikasi gulma antara lain adalah:
Bentu: bulat, segitiga, lonjong, pipih, berongga, segi empat, segi lima.
Pertumbuhan : menjalar, melilit, tegak, bercabang banyak, bercabang menggarpu.
Daun
Bagian daun yang dapat digunakan menjadi cirri identifikasi gulma antara lain :
Bentuk daun : bulat, lanset, lonjong, pita, jarum, jantung, segi tiga, dsb.
Warna daun : hijau tua, hijau, kuning, merah, ungu, dsb.
Tepi daun : rata, bergerigi, bergigi, berombak,dsb.
Daging daun : tebal, tipis, kaku, dsb
Duduk daun : berhadapan, tersebar, berhadapan-bersilangan, berkarang, dsb.
Jumlah daun : tuggal, majemuk
Tulang daun : menyirip, menjari, lurus/sejajar.
Ujung daun : runcing, meruncing, berlekuk, rata, bulat,
Pangkal daun : bulat, membulat, runcing, meruncing, rata, dsb.
Modifikasi akar, batang dan daun
Berupa rimpang, stolon, umbi lapis, dan akar tinggal.
Pada strutur generative untuk mengidentifikasi gulma terdiri dari bunga, buah dan biji.
Bunga
Bagian bunga yang biasa menjadi factor indikasi adalah :
Jumlah bunga : tunggal atau majemuk
Letak bunga : di ujung, tersebar, dll.
Bentuk bunga : bonggol, bulir, malai, dsb
Warna bunga : merah, hijau, kuning, dll
Simetri bunga : asimetri, simetri bilateral,dll


Buah
Jenis buah : buah sejati, atau buah semu.
Daging buah : buah berdaging ( buah buni, pepo, batu, empulur, dll) buah kering (berbiji tunggal, polong, dll)
Biji
Biji dapat ditandai dengan cirri-ciri berlainan, misalnya : bentuk, warna, ukuran, dan keadaan permukaan yang tidak sama. Sebagai contoh : pada Amaranthaceae bijinya berwarna hitam dan mengkilat

1.2 Tujuan Praktikum
Mengemal nama-nama jenis gulma (khususnya jenis gulma rumput) sesuai dengan naman yang diterima di dunia internasional.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Gulma menurut Mangoensoekarjo (1983) adalah tumbuhan pengganggu yang nilai negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia. Pengertian gulma menurut sutidjo (1974) adalah tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negatif.
Gulma selalu terdapat pada setiap pertanaman dan tumbuh bebas apabila dilakukan pengendalian. Secara fisik gulma bersaing dengan tumbuhan dalam hal pemanfaatan ruang, cahaya dan secara kimiawi dalam hal pemanfaatan air, nutrisi, gas-gas penting dalam proses allelopati. Persaingan dapat berlangsung bila komponen yang dibutuhkan oleh gulma atau tanaman budidaya berada pada jumlah yang terbatas, jaraknya berdekatan dan bersama- sama dibutuhkan.
Ada beberapa jenis gulma berdasarkan respon herbisida, termasuk gulma rumput. Rumputy mempunyai batang bulat atau pipih berongga. Kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit. Tetapi dari sudut pengendaliannya terutama responnya terhadap herbisida berbeda. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan gulma rumput semusim (annual) dan tahunan (parennial). Rumput semusim tumbuh melimpah, tetapi kurang menimbulkan masalah dibandingkan gulma rumput tahunan.
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua, yaitu kerugian yang langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi panen. Termasuk didalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara keseluruhan atau yang panennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat pencemaran oleh biji- biji gulma. Sedangkan kerugian yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian tetapi tidak secara langsung dari hasil panen, seperti gulma dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.
Adanya berbagai definisi dan dekripsi gulma menunjukkan bahwa golongan gulma mempunyai kisaran karakter luas dan mempunyai konsekuensi dalam pemberantasan dan pengelolaannya. Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara dibawah ini:
• Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium
• Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan
• Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
• Membandingkan dengan determinasi yang telah ada
• Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia
Cara identifikasi dengan membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di tempat, oleh karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto gulma. Dua publikasi gulma P3GI yang disebutkan pada alinia pertama bab ini, sangat berguna untuk keperluan tersebut.
Identifikasi dengan membandingkan determinasi dari spesies gulma kemudian mencari dengan kunci identifikasi sedikit banyak kita harus memahami istilah biologi yang berkenaan dengan morfologi yang dapat dipelajari pada buku karangan Rifai (1978). Bila ada spesies gulma yang sukar diidentifikasi, maka herbarium gulma (lengkap daun, batang, bunga, bunga dan akarnya) tersebut dapat dikirim ke herbarium.
Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap (Soekiman et. al., 1984).
Sifat vegetatif gulma antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung, beragam dan berbeda-beda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk ukuran -warna-jumlah buah/biji.


III. METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
 Lup (kaca pembesar)
 Pisau atau gunting
 Buku identifikasi
 Alat tulis dan kertas
Bahan:
 Dua jenis gulma rumput yang hidup di perairan
 Tiga jenis gulma rumput yang hidup di darat

3.2 Prosedur Kerja
a. Setiap kelompok membawa masing-masing tiga jenis gulma rumput yang hidup di darat dan dua jenis gulma rumput yang hidup di darat perairan
b. Menggambar secara mikroskopis bagian-bagian gulma yang saudara dapatkan (minimal 5 jenis) meliputoi bagian vegetatif dan generatif
c. Mengidentifikasi gulma tersebut dengan menggunakan buku identifikasi
d. Mengisi kolom identifikasi yang telah disediakan
e. Membuat keterangan / klasifikasi gulma yang telah digambar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Identifikasi Gulma Daun Lebar
No Nama Gulma Perakaran Ciri Batang
Latin Indonesia Bentuk Permukaan Pertumbuhan
1 Echinocloa colonum jajagoan serabut bulat licin tegak
2 Eragrostis uniloides rumput kanji serabut bulat licin tegak
3 Imperata cylindrica alang-alang tunggang bulat kasar tegak
4 Leersia hexandra jukut tunggang bulat kasar tegak
5 pinicum repens lampuyangan tunggang bulat kasar tegak

No Ciri Daun
Bentuk Warna Tepi Duduk Jumlah Tulang Ujung Pangkal
1 pedang hijau rata berhadap bersilang tunggal sejajar runcing rata
2 pedang hijau rata berhadap bersilang tunggal sejajar runcing rata
3 pedang hijau rata berhadapan tunggal sejajar runcing rata
4 pedang hijau rata berhadapan tunggal sejajar runcing rata
5 pedang hijau rata berhadap bersilang tunggal sejajar runcing rata

No Bunga Biji Perkembangbiakan Modifikasi Batang
Letak Bentuk Warna Bentuk Warna Generatif Vegetatif
1 ujung malai hijau-merah oval hijau-ungu ada ada stolon
2 ujung malai ungu oval ungu ada - -
3 ujung malai putih lonjong coklat ada ada rhizom
4 ujung malai hijau-kuning lonjong coklat ada ada stolon
5 ujung malai hijau lonjong hijau ada ada rhizom





4.2 Pembahasan

Echinocloa colonum (jajagoan)


Devisio : Spermatophyta
Kelas : Monokotiledoneae
Ordo : Graminales
Family : Graminae
Genus : Echinochloa
Spesies : Echinocloa colonum



Merupakan tumbuhan setahun dalam rumpun padat, batang tegak atau menghampar dipermukaan tanah. Panjang pelepah daun sebanding dengan panjang helai daunnya. Pangkal helai daun lebar, ujungnya lancip. Bunga majemuk berbentuk malai, setiap malai mengandung 3-8 tandan, setiap tandan tersusun rapi, bentuknya bulat telur sampai bulat. Gulma jenis diareal pertanian ditemui pada tanaman padi (disawah).

Andropogan aciculatus (rumput kanji)

Devisio : Spermatophyta
Kelas : Monokotiledoneae
Ordo : Graminales
Family : Poaceae
Genus : Andropogon
Spesies : Andropogon acciculatus.

Andropogan aciculatus yang dusebut juga dalam bahasa Indonesia rumput jarum, suket domdoman (Jawa), bajang-bajang (Sunda), Repha pele (Madura), kalikikanji (Sumatera Barat). Gulma ini termasuk tumbuhan tahunan, batang tegak mencapai 0,25 sampai 0,75 meter. Bentuk daun pita atau garis bagian ujung meruncing, panjang daun 2- 20 cm dan lebar 4-9 mm. Bunga merupakan bunga majemuk terdapat diujung batang yang tegak (bukan merayap) seperti bunga padi-padian yang tersusun dalm tandan atau malai yang banyak cabang. Panjang 5-12 cm, mempunyai tangkai bunga yang berbulu. Warna bunga keugu-unguan dengan bentuk karangan, anak bulir bunga berbentuk lanset dengan ujung meruncing. Menpunyai akar tunggal yang kuat. Berkembang biak dengan anak bulir.

Imperata cylindrical (Alang-alang)

Devisio : Spermatophyta
Kelas : Monokotiledoneae
Ordo : Graminales
Family : Poacea
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindra. L

Alang-alang adalah tumbuhan tahunan dengan rimpang lunak, menjalar, bercabang- cabang, dan panjangnya dapat melebihi 1 m. Batang tegak, tingginya 1-3 m dan mempunyai 1-8 buku, buku tersebut ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Pelepah daunnya berbulu tepinya. Helai daun pangkalnya lebar dan menyempit arah keujung, lidah daun tipis sepaerti membran. Bunga majemuk berbentuk malai berwarna putih yang padat. Gulma jenis ini diareal pertanian merupakan gulma darat yang paling sulit diberantas. Dikarenakan, pada alang daya kompetisinya sangat tinggi ditambah lagi alat perkembangbiakan rhizoma serta memiliki allelopat yang tinggi pula.
Leersia hexandra (jukut)


Kingdom :
Divisio :
Kelas :
Ordo :
Familia :
Genus :
Spesies :




Pinicum repens (lempuyungan)


Kingdom :
Divisio :
Kelas :
Ordo :
Familia :
Genus :
Spesies :




V. KESIMPULAN

• Identifikasi gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mengamati sifat-sifat vegetatif dan generatif dari gulma dan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi gulma.
• Untuk mengidentifikasi gulma kita terlebih dahulu harus memahami dan mengamati sifat-sifat vegetatif maupun generatif dari gulma tersebut. Sifat vegetatif terdiri dari akar, batang, daun, serta modifikasi dari akar, batang dan daun, sedangkan sifat generatif terdiri dari bunga, buah dan biji.
• Pada gulma rumput ini ada yang tergolong gulma tahunan , gulma semusim dan gulma setahun.dan biasanya memiliki perakaran yang serabut.gulma rumput semusim biasanya tumbuh melimpah tetapi kurang menimbulkan masalah di bandingkan dengan rumput tahunan.






DAFTAR PUSTAKA

Arie, Arifin. 1994. Perlindungan Tanaman, Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya: Usaha Nasional.
Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Yogyakarta: Kanisus.
Moernadis, Jody. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma-Buku I). Jakarta: Rajawali Pers.
Sukman Yakub, Yernelis. 2001. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas pertanian Universitas Sriwijaya : Palembang
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada Universty Press : Yogyakarta